R e t a k n y a K e s e n d u a n
-Dyw-ARTitude-
Teman sejati dan keresahan membekap tak beranjak
Seperti enggan berpisah dalam ruang yang penat tanpa isyarat
Elegi kemarin menghiasi cakrawala malam dengan geram
Tatapan rembulan begitu kosong dan dingin
Dalam kebosanan aku berujar lirih
Begitulah manusia yang bangga memamerkan sesuatu
Mengait nurani hidup bahkan juga mencencangnya
Mencengkram tubuh dan urat nadi pun terusik aliran darah
Adakah waktu untuk kita bicara arti hidup?
Mungkin Tuhan sama senangnya dengan teriakan kera daripada nyanyian mazmur
Yang di kumandangkan di padang pasir tanpa terdengar berbisik lembut
Alam semesta berdoa dengan khusyu
Tetap saja manusia memakai pakaian yang bukan pakaiannya
Begitulah manusia yang bangga memamerkan sesuatu
Kesenduan dalam raga yang sunyi bersimpuh lara direrumputan
Bau aroma tanah yang pekat semerbak menghiasi jiwa yang remuk
Terpuruk tanpa petunjuk dari isyarat yang tersirat
Mungkin Tuhan sama senangnya dengan lolongan srigala daripada nyanyian pentateuch
Entah berapa ribu mil lagi jalan yang harus kutempuh
Sementara kerudung suci mu terus memanjang ke samudera biru
Syair ratapan yang perih terdengar semakin pedih dikedalaman hati yang retak
Retaknya kesenduan menguraikan sebuah tanya yang terus bertanya tanpa henti
Lalu setelah ini apa....????
-Dyw-ARTitude-
Teman sejati dan keresahan membekap tak beranjak
Seperti enggan berpisah dalam ruang yang penat tanpa isyarat
Elegi kemarin menghiasi cakrawala malam dengan geram
Tatapan rembulan begitu kosong dan dingin
Dalam kebosanan aku berujar lirih
Begitulah manusia yang bangga memamerkan sesuatu
Mengait nurani hidup bahkan juga mencencangnya
Mencengkram tubuh dan urat nadi pun terusik aliran darah
Adakah waktu untuk kita bicara arti hidup?
Mungkin Tuhan sama senangnya dengan teriakan kera daripada nyanyian mazmur
Yang di kumandangkan di padang pasir tanpa terdengar berbisik lembut
Alam semesta berdoa dengan khusyu
Tetap saja manusia memakai pakaian yang bukan pakaiannya
Begitulah manusia yang bangga memamerkan sesuatu
Kesenduan dalam raga yang sunyi bersimpuh lara direrumputan
Bau aroma tanah yang pekat semerbak menghiasi jiwa yang remuk
Terpuruk tanpa petunjuk dari isyarat yang tersirat
Mungkin Tuhan sama senangnya dengan lolongan srigala daripada nyanyian pentateuch
Entah berapa ribu mil lagi jalan yang harus kutempuh
Sementara kerudung suci mu terus memanjang ke samudera biru
Syair ratapan yang perih terdengar semakin pedih dikedalaman hati yang retak
Retaknya kesenduan menguraikan sebuah tanya yang terus bertanya tanpa henti
Lalu setelah ini apa....????
0 Comments:
Post a Comment
<< Home