Fragment
Rembulan merah mengintip dari celah jendela
Sementara dedaunan hijau menari-nari ditemani semilir angin yang sejuk
Entah berapa ribu kata yang sedang kucumbui sekarang
Dengan sejuta ciri yang dicari bersama musim kering
Sebait pemahaman memecah jendela keheningan
Igauanku terdengar sampai ke kedalaman jiwa seorang pertapa yang angkuh
Menyebabkan gerbang kebijaksanaannya retak dijilati api sebuah lakon
Alam semesta lengang menampakkan kebisuan
Tersaruk remuk dalam sajadah panjang yang suci dan dibenci
Oooo...akankah kukenangkan waktu
Atap kamar haru biru memburu 99 ribu perkara cemburu
Yang berlalu dalam kesendirian
Fragment mengalun pelan dalam coklatnya malam
Singgasana kebebasan terkulai lemah memandang senja kala
Kabut keresahan menuruni bukit kebimbangan yang keriput
Butiran iba dan hina dihunus ganasnya sebuah tawa dan canda dunia yang dina
Bangkai kehidupan menuduh hidup yang tak hidup
Lalu apa itu hidup, kehidupan dan yang hidup ?
Hey......siapa kau.....????
Meleburlah denganku menjadi satu
Empat unsur masih berpisah kala itu
Jadilah satu dalam diri yang resah menyetubuhi seonggok bangkai yang fana
Percikan melodi indah yang di hujamkan sempat memenjarakan sebuah kebebasan
Hingga akhirnya kesejatian menggeliat dari jagat kekosongan
dalam kemegahan menatap indahnya hidup, kehidupan dan yang hidup
Bergulung menjadi satu yang tak terpisahkan oleh dimensi ruang dan waktu
Dan langit menuduhku sebagai pendosa
Ketika sebuah kata sakral kulontarkan pada seorang pertapa angkuh
Muak kau dekap hidup yang kusam
Dengan lelap terjebak ego kesadaran ketika gelombang takdir mencakar hati
Pendosa pun hinggap di dahan sunyi ditemani fragment yang mengalun pelan dalam coklatnya malam
Rembulan merah mengintip dari celah jendela
Sementara dedaunan hijau menari-nari ditemani semilir angin yang sejuk
Entah berapa ribu kata yang sedang kucumbui sekarang
Dengan sejuta ciri yang dicari bersama musim kering
Sebait pemahaman memecah jendela keheningan
Igauanku terdengar sampai ke kedalaman jiwa seorang pertapa yang angkuh
Menyebabkan gerbang kebijaksanaannya retak dijilati api sebuah lakon
Alam semesta lengang menampakkan kebisuan
Tersaruk remuk dalam sajadah panjang yang suci dan dibenci
Oooo...akankah kukenangkan waktu
Atap kamar haru biru memburu 99 ribu perkara cemburu
Yang berlalu dalam kesendirian
Fragment mengalun pelan dalam coklatnya malam
Singgasana kebebasan terkulai lemah memandang senja kala
Kabut keresahan menuruni bukit kebimbangan yang keriput
Butiran iba dan hina dihunus ganasnya sebuah tawa dan canda dunia yang dina
Bangkai kehidupan menuduh hidup yang tak hidup
Lalu apa itu hidup, kehidupan dan yang hidup ?
Hey......siapa kau.....????
Meleburlah denganku menjadi satu
Empat unsur masih berpisah kala itu
Jadilah satu dalam diri yang resah menyetubuhi seonggok bangkai yang fana
Percikan melodi indah yang di hujamkan sempat memenjarakan sebuah kebebasan
Hingga akhirnya kesejatian menggeliat dari jagat kekosongan
dalam kemegahan menatap indahnya hidup, kehidupan dan yang hidup
Bergulung menjadi satu yang tak terpisahkan oleh dimensi ruang dan waktu
Dan langit menuduhku sebagai pendosa
Ketika sebuah kata sakral kulontarkan pada seorang pertapa angkuh
Muak kau dekap hidup yang kusam
Dengan lelap terjebak ego kesadaran ketika gelombang takdir mencakar hati
Pendosa pun hinggap di dahan sunyi ditemani fragment yang mengalun pelan dalam coklatnya malam
0 Comments:
Post a Comment
<< Home