12.6.07

Ketakjuban Senandung Pagi

Langit telah berkehendak lain lewat misteri
Ruh Yang Agung menorehkan coretan dalam kanvas baru
Ketika pagi datang, aku menyapa sang rembulan
“Adakah engkau ingat cahaya kemilau dari mataku?
Dan ingatkah engkau pada teriakanku sebelum
Aku beranjak ke singgasana tidurku?
Yang selalu ku senandungkan bersama deru angin”
Bercakap dalam ketakjuban pagi yang indah
Just For You mengalun dengan pelan di pinggir “tabung teknologi”
Seolah membangkitkan gairah api yang sempat padam
Tungku tanpa api ini merenung dalam diam
Ketika pagi yang lain datang
Rembulan itu menyapaku dengan senandungnya yang ramah
“Air ku sedang surut, kita berdua serupa, mencapai yang ingin dicapai
Kubiarkan jejak-jejakku bersemayam bersama kenangan lama, bahkan
Cerita itu telah kukubur dialtar kesunyian bersama seribu puisi”


Wahai rembulan....
Jangan biarkan api menghanguskan nafas termanis musim ini
Ceritakanlah padaku hal-hal yang telah berlalu
Meski kau telah menguburkannya
Kemarilah, mendekatlah....
Karena api telah padam dan tertutup abu
Kemarilah, mendekatlah.....
Ajarkan aku untuk bisa melebur bersama jiwamu
Ajarkan aku untuk bisa mengerti rembulan
Ajarkan aku untuk bisa mencintai rembulan
Ajarkan aku untuk bisa menerima apa adanya pada rembulan
Hingga kau bisa menerima jiwa ini apa adanya
Meski telah dikutuk langit sebagai seorang “gila”
Biarkan aku tenggelam kedalam pusaramu yang terdalam

Wahai rembulan, betapa dalam lautan tidur, sungguh jauh jaraknya
Pagi hari di dunia ini, tapi dalam hatiku sungguh terasa dekat jaraknya
pada rembulan di pagi hari.
Adakah kau rasakan hal yang sama?


She can light the sky forever
It’s the way she give so freely
It’s the way she take my hand
I just ask the sun shine brightly
Got to see her smile again (R.Cocciante)

*NT (doodstil verwondering van morgen)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home