30.7.07


Tulisan ini sekedar teks yang bisa ditafsir oleh siapapun,... dan terserah apa yang ada dalam fikiran anda setelah membaca ini tulisan ini,mau mebenci seseorang, atau mau mencintai seseorang, whatever u want... silahkan jika ingin berbagi...kasih komentarnya aja di bawah...

Dan pertanyaan-pertanyaan dalam hati yang kerdil itu selalu sama..."Mengapa tak juga Cinta itu dapat diraihnya?" Barisan kata yang membendung rasa ingin tahu yang sangat dalam, yang terkadang sekaligus menutup pengalaman malu, kecewa dan kesedihannya,
Seolah-olah hanya dirinyalah manusia yang paling gagal dilahirkan oleh Bunda yang pernah mengajarkan cinta dan kesabaran di muka bumi,
Yang aku tahu, belum ada seorang pun yang bisa memberikan cinta sesempurna harapan dalam angan, seperti dalam film roman yang menggugah dan berakhir dengan sempurna; keduanya bersatu dalam pelukan dan senyuman, Selama aku hidup belum pernah kutemukan pikiran dan hati yang dirundung cinta bersih dari dosa dan kegagalan, Dalam hati mereka yang kedua raganya telah bersatu, lantas mengapa selalu ada di dalamnya bayangan seseorang yang lain; entah yang disuka, disayang, dicinta atau bahkan dibenci?
Kulalui lembar-lembar kehidupan untuk mendapatkan cinta, tapi tak pernah kubaca apalagi kurasa tentang lembaran-lembaran keberhasilan dalam mencinta, tatkala akhir lembaran berupa kebuntuan, seolah-olah hati terus berharap akan ada lembaran-lembaran cinta yang sesuai dengan harapan akan kesempurnaan... walau kata terakhir dalam kisah itu tercantum secara implisit kata "gagal"...
"Gagal, Salah, Bodoh, Gagal, Salah, Bodoh, Bajingan, Setan..."
Angan kesempurnaan hanya membawa derita lahir dan batin, benar apa yang dikatakan oleh Gibran “ Keinginan adalah sumber penderitaan”, ia selalu mengukir luka dalam hati, tersayat membekas meranah duka, menggoreskan pedih yang tak terobati, dan terlalu sulit untuk dimaafkan....apalagi untuk dilupakan,
Erich Fromm menukilkan renungannya tentang kegagalan manusia modern dalam mendapatkan cinta, yaitu mereka terlalu banyak harapan, apakah itu kecantikan, ketampanan,kekayaan, standar fisik ideal atau kesempurnaan dalam kesaling-pengertian, ya...manusia modern selalu dibuat gagal oleh harapan-harapan semu akan kesempurnaan dan segala cita-cita akan kemenangan.
Aku bertanya, "Lantas apakah kegagalan kita untuk mendapatkan sang cinta itu bagaikan serangga-serangga di malam hari yang menabrakkan dirinya pada lampu-lampu hingga mati tapi ia tak pernah meraih sang cahaya yang diinginkannya?"
Dunia tak menjawab, seolah-olah aku hanya berkata dan berbicara untuk diriku sendiri, mereka terdiam seolah malu dan takut untuk menjawab, atau mungkin...tidak tahu dengan apa yang kuucap...
Setiap diri dan kelompok manusia selalu memiliki penafsiran tunggal akan cinta; suci, harkat, derajat, wibawa dan kebahagiaan. Tapi para pengembara cinta sesunguhnya selalu memiliki dua penafsiran tentang cinta yang abadi; bahagia dan derita.
"Cinta tanpa derita bagaikan anggur tanpa cawan", seru Rumi dalam syairnya. Tak ada keindahan cinta tanpa adanya penderitaan. Cinta adalah irisan dari sedih dan senang, duka dan bahagia, walau terkadang harus dibanjiri dengan air mata dan kepedihan.
Tapi tak perlu khawatir bagi mereka penggali hikmah (bukan sinetron), selalu ada pelajaran dari setiap kepedihan, ambisi para pemuas nafsu selalu berakhir dengan penderitaan dan jalan buntu yang mapan, sebaliknya, para penuai hikmah selalu tersenyum menemukan jalan baru walau harus membawa kisah pedih dalam hidupnya...
Bagaikan bara api yang dibawa di tangannya, menyakiti dirinya...tapi mampu menerangi pengembara yang lain. Walau tangan terbakar kian terus melepuh, hati merasa senang mampu menjadi obor penerang kehidupan, penerang bagi kerabat, kawan maupun anak-anaknya,
Maka tak ada cinta yang bersih suci dari dosa dan kegagalan, yang ada hanya pembelajaran cinta untuk terus dipahami dan dirasakan, hingga diri kita bagaikan serangga-serangga yang mati demi 'cahaya' harapan
"Mengenai Nafsu?"
Yang kutahu, tak pernah kutemui dalam perjalanan para kafilah kehidupan bahwa pemenuhan nafsu dapat menenangkan jiwa sepanjang kaki melangkahi luasnya padang kehidupan...
Pertanyaannya, apakah cinta dapat diraih dengan nafsu? Apakah jiwa ini akan tentram ketika nafsu sudah terlampiaskan? Walau hanya dengan memilikinya, apakah kemudian kepuasan hidup sudah tercapai? Meskipun dengan diberi pilihan yang mudah, apakah pertanyaan-pertanyaan akan akhir riwayat cinta kita sudah terjawabkan?
Ya, tapi sebenarnya ada "Cinta Nafsu"...dan ada juga "Nafsu Cinta", keduanya sangat berbeda. "Cinta Nafsu" berarti kita mengejar kepuasan-kepuasan semu yang terkadang mengatas namakan cinta. Sedangkan "Nafsu Cinta" berarti mengejar kepuasan-kepuasan dalam mencinta. Ada baik buruknya dari dua hal tersebut dimana terdapat juga dua sifat yang muncul dari keduanya, "sementara" dan "abadi". Terserah mau kejar yang mana...
"Orang yang baik itu sudah pasti cantik, tapi belum tentu yang cantik itu baik" kata Audrey Hepburn. Bukankah tidak sebaiknya kita berkata bahwa kekasih kita tidak cantik atau tidak seksi hanya karena ukuran yang kita pakai sama dengan kebanyakan orang-orang yang keranjingan iklan-iklan kecantikan di televisi?
Terkadang kita merasa iri melihat kawan kita memiliki pasangan yang 'ideal' (seperti di iklan TV dan kata kebanyakan orang). Tapi sepatutnya yang kita iri-i adalah mereka pasangan biasa yang selalu bersama, dalam susah dan duka, bisa saling menghibur ketika salah seorang dari dirinya sedang bersedih, tetap tertawa meskipun beberapa duka menusuk hidupnya...
seperti anak-anak jalanan yang bebas berlari dan tertawa, tidak peduli rambut mereka lusuh atau baju mereka kotor dan bau, mereka tidak peduli walau adik perempuan dan ibu kandungnya menjadi bahan tertawaan orang-orang kaya bermobil mewah...mereka tetap senang dengan siapapun diri mereka hidup...
berbeda dengan kita yang tidak pernah merasa senang dan puas dengan orang yang selama ini sudah menemani bersama, baik dalam duka atau bahagia...
"Bagaimana dengan Kepercayaan?"
Cinta yang sempurna ialah memberi kepercayaan sepenuhnya kepada mereka yang dicintai, tanpa ada ada rasa ragu apalagi curiga, tampak tak ada gunanya jika kita berkata bahwa kita mencintai dia tapi kita selalu meragukan dirinya, apalagi cemburu buta...memang cemburu adalah indikasi cinta, tapi bukan satu-satunya jalan menuju cinta...
Patut dipertanyakan kecintaan seseorang yang di dalam hatinya terdapat kecurigaan, sebaliknya patut dipertanyakan juga kecintaan seorang yang didalamnya ada benih pengkhianatan...
Yang aku yakin pasti bahwa jalan hidup ini akan berakhir menuju kepada Sang Cinta Yang Sempurna, yang tidak ada seorang makhlukpun mampu memiliki kesempurnaan yang dimiliki-Nya, yang tak bisa dibayangkan atau dirasakan dalam hidup seperti sekarang ini...
Melihat Cinta di sana bagaikan melihat warna-warna indah yang belum pernah dilihat di dunia ini, bagaikan mencium yang belum pernah ada wewangian terbaik yang pernah dimiliki oleh Bulgari, Boss, D'Issey atau minyak Kasturi; terlalu sayang untuk dinikmati lebih dahulu dalam hidup yang singkat ini, biarkan nafsu cinta ini menuntun kita menuju jalan itu.... cinta... yang belum pernah ada. Peace n luv.... God Bless U all...Amien....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home