kakaren analogy
ku kembarai waktu ketika aku menggigil ketakutan
kuyakinkan ini untuk kalian, bukan untukku...
untuk kalian!!! Ya....
sedari senja aku meleleh di kursi coklat tua
seekor semut mempertanyakan sedang apa kita sebenarnya!
Aku katakan “kami sedang menjalin silaturahmi dan berjuang”
dalam perjalanan pulang aku sering menghilang
dan menghamili malam hingga bosan entah kemana
kusembunyikan kegelisahanku
dihadapan kejora yang diperkosa deru angin
hingga akhirnya kembali aku kan berdiskusi dengan sajaksajakku
menjadi sepercik sajak dan rima adalah takdir kita?
keluar jauh dari realitas yang ada
malaikat dan bidadari membawa syair kehidupan dihadapanku
sebagian saja dari kalian yang terbangun
hanya hujan, gerimis serta embun pagi yang mengerti aku
kalianlah yang membuatku berkobar
kalianlah pendar cahaya dalam gelap
langit permenungan ini untuk kalian dan bagi kalian
kalian pungut aku di batas sajak jalanganku
wahai hujan, gerimis dan embun pagi...
jangan pernah mempertanyakan kisah yang lain padaku
karena aku tlah mati dihadapan mereka
meskipun mereka sering “berkisah” dihadapanku
untuk mengerti aku kalian masih harus pergi melintasi
seribu dunia yang berbeda denganku
hingga terlecut badai kehidupan
ada yang bilang kalau kita ini pohon
yang tertanam di rerumputan hijau
dan menunggu buah masak yang siap untuk kita dipetik nanti
begitulah kita, dan inilah kita !!!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home